Apa yang Terjadi Jika Kita Melemparkan Seekor Gajah dari Gedung Tinggi? | Kurzgesagt

🎁Amazon Prime 📖Kindle Unlimited 🎧Audible Plus 🎵Amazon Music Unlimited 🌿iHerb 💰Binance

Video

Transkripsi

Mari kita memulai video ini dengan melempar tikus, anjing, dan gajah dari gedung pencakar langit ke sesuatu yang empuk.

Sebagai contoh, setumpuk matras.

Tikus akan mendarat. setelah pusing sesaat,

dia akan menggoyangkan tubuhnya, dan akan pergi sembari protes

karena telah dilempar dari gedung.

Anjing akan mendarat dengan seluruh tulangnya patah

dan akan mati dengan biasa-biasa saja

dan Gajah akan meledak menjadi genangan merah darah, daging, dan organ

Mengapa tikus selamat, sedangkan anjing dan gajah tidak?

Jawabannya adalah ukuran.

Ukuran adalah salah satu pengatur kehidupan makhluk hidup yang paling tidak diapresiasi.

Ukuran mengatur segala hal mengenai struktur biologis kita, bagaimana tubuh terbentuk,

bagaimana kita merasakan dunia sekitar, dan bagaimana kita hidup dan mati.

Hal ini terjadi karena hukum fisika berlaku secara berbeda terhadap berbagai ukuran hewan.

Kehidupan dibagi menjadi 7 urutan besar,

dari bakteri yang tidak tampak, kutu, semut,

tikus, anjing, manusia, gajah,

dan paus biru.

Setiap ukuran hidup di semesta yang unik yang saling berdampingan.

Masing-masing memiliki hukum, kelebihan, dan kekurangannya

Kita akan menjelajahi tiap-tiap dunia itu dalam beberapa seri video.

Mari kembali ke pertanyaan awal.

Mengapa hanya tikus yang berhasil bertahan hidup?

Semua terjadi karena bagaimana skala dari ukuran mengubah segalanya.

Itu adalah prinsip yang akan kita temui berulang kali.

Praktisnya, benda yang kecil sekali kebal akan ketinggian,

karena dengan ukuranmu yang kecil, gravitasi akan berefek kecil terhadap dirimu.

Bayangkan seekor hewan teoretis yang seukuran kelereng.

Dia memiliki tiga fitur, yaitu panjang tubuh,

luas permukaan yang ditutupi dengan kulit,

dan volum, yaitu segala hal yang ada di dalamnya, seperti

organ, otot, impian, dan harapan dari hewan itu.

Bila kita membuat panjang hewan itu 10 kali lebih besar

kira-kira seukuran bola basket, tubuhnya tidak akan membesar sejumlah 10 kali saja.

Kulitnya akan melebar 100 kali lipat,

dan dalamnya atau volumnya

akan bertambah menjadi 1000 kali lipat.

Volume akan mempengaruhi berat, atau lebih tepatnya massa dari hewan itu.

Semakin besar massa, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki sebelum menyentuh tanah,

dan semakin kuat efek dari tumbukan.

Semakin besar luas permukaan dibandingkan dengan volum maupun massa yang dimiliki,

semakin banyak energi yang terdistribusi dan melemahkan tumbukan,

dan semakin besar efek dari hambatan udara yang melambatkanmu.

Seekor gajah sangatlah besar, ia memiliki luas permukaan yang kecil

dibandingkan dengan volumnya,

Jadi energi kinetik yang hanya terdistribusi di luas permukaan yang kecil,

dan hambatan udara tidak berpengaruh sama sekali.

Karena itu gajah akan hancur dan meledak menjadi genangan pekat ketika menyentuh permukaan tanah.

Contoh ekstrem lainnya, serangga memiliki luas permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan massanya yang kecil,

jadi kalian bisa melempar semut dari pesawat terbang, dan semut itu mendarat tanpa terluka.

Tapi, walaupun jatuh bukanlah hal yang berbahaya di dunia makhluk kecil,

ada kekuatan yang aman bagi kita,

namun berbahaya bagi makhluk kecil.

Seperti tegangan permukaan, yang membuat air

menjadi zat berbahaya bagi serangga.

Bagaimana hal itu dapat terjadi?

Air memiliki sifat untuk menempel ke sesamanya.

Molekul air saling menarik kepada sesamanya melalui gaya bernama kohesi

yang membentuk tegangan pada permukaannya,

yang bisa kita bayangkan sebagai kulit yang tidak tampak.

Bagi kita, “kulit” ini sangat lemah sehingga kita tidak merasakannya secara normal.

Bila kita basah kuyup, air sejumlah 800 gram

atau 1% dari berat badanmu akan menempel padamu.

Tikus yang basah kuyup akan diselimuti air sejumlah 3 gram,

atau lebih dari 10 persen dari berat badannya.

Bayangkan membawa 8 botol air penuh menempel

setiap habis mandi.

Bagi serangga, kekuatan dari tegangan permukaan sangat kuat,

basah kuyup menjadi urusan hidup atau mati.

Bila kita membuatmu kecil seperti semut, dan kalian menyentuh air,

itu seperti manusia menyentuh lem.

Air itu akan dengan cepat menyelubungimu, tegangan permukaannya akan

terlalu keras untuk ditembus, dan kalian akan mati tenggelam.

Maka karena itu serangga berevolusi menjadi anti air.

Salah satunya, eksoskeleton mereka akan dilapisi oleh lapisan tipis lilin seperti mobil,

Hal ini membuat sebagian dari permukaan tubuh mereka anti air,

karena air tidak dapat menempel dengan baik.

Banyak serangga diliputi oleh rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai pelindung.

Rambut-rambut halus itu berguna untuk menambah luas permukaan,

melindungi eksoskeleton mereka dari bersentuhan dengan tetesan air,

dan memudahkan untuk membersihkan diri dari tetesan air.

Untuk memanipulasi tegangan permukaan, evolusi menggunakan nanoteknologi

miliaran tahun sebelum manusia.

Beberapa serangga berevolusi untuk memiliki rambut pendek dan sangat lebat untuk menolak air.

Beberapa serangga bahkan memiliki jutaan rambut per milimeter persegi.

Ketika serangga itu menyelam ke dalam air, udara tetap berada di dalam rambut,

dan membentuk lapisan udara.

Air tidak dapat masuk karena rambut serangga terlalu kecil untuk memecah tegangan permukaannya.

Namun tidak hanya itu saja,

ketika oksigen dari lapisan udara itu menipis, oksigen segar dari air akan berdifusi masuk menuju lapisan udara,

sedangkan karbondioksida akan terdifusi keluar menuju air.

Dengan begitu serangga itu membawa paru-paru cadangan,

dan menjadikannya bisa bernafas dalam air karena adanya tegangan permukaan.

Hal yang sama yang membuat anggang-anggang dapat berjalan di atas air,

rambut-rambut kecil anti air.

Semakin kecil dirimu, maka lingkungannya akan semakin aneh,

bahkan dalam satu titik, udara akan menjadil lebih padat.

Mari kita melihat serangga terkecil yaang diketahui.

Berukuran tak lebih dari setengah butir garam. Dengan panjang 0.5 milimeter,

inilah Fairyfly.

Mereka hidup di dunia yang lebih aneh dibandingkan dengan serangga lain.

Bagi mereka, udara itu bagaikan agar-agar encer.

Seperti sirup kental yang mengelilingi tubuh mereka.

Bergerak di dalam udara itu sulit bagi mereka.

Terbang dalam tingkatan mereka tidak sama seperti terbangnya burung.

Mereka bagaikan harus menggenggam udara untuk terbang.

Karena itu, sayap mereka lebih mirip dengan lengan yang berbulu dibandingkan dengan sayap serangga biasa.

Mereka berenang dalam udara

bagaikan alien kecil yang menjijikkan berenang dalam sirup.

Segalanya menjadi lebih aneh setelah ini,

ketika kita akan menjelajahi semesta yang berukuran lain.

Hukum fisika berlaku secara berbeda bagi tiap ukuran,

sampai evolusi harus melakukan rekayasa berkali-kali

karena kehidupan berukuran semakin besar dalam miliaran tahun belakangan.

Jadi, kenapa tidak ada semut seukuran kuda?

Kenapa tidak ada gajah seukuran amoeba?

Mengapa? Kita akan membahasnya di bagian selanjutnya.

Sekarang kita punya newsletter bulanan. jangan lupa mendaftar

agar tidak ketinggalan video terbaru, dan untuk video bonus.